Skinpress Rss

Wednesday 19 January 2011

25 Cara Mengobati Luka Cinta

1

  1. Merasa yakin kalau mantan bukan satu-satunya orang yang bisa membahagiakan kita. Menurut psikolog Aleta Korman, jangan terlalu banyak bermimpi punya kisah cinta yang happy ending. Jangan takut, masih ada orang lain yg mungkin lebih cocok untuk kita!
  2. Luangkan waktu untuk diri sendiri. Tak usah peduli dengan penampilan hari ini. Mengunci diri di kamar, tak menyisir rambut, menangislah jika ingin menangis. Tapi batasi 24 jam saja. 
  3. Pukul dan tendang yang keras! Ini di lakukan aktris Patsy Kensit saat putus cinta dengan kekasihnya. "Waktu saya lihat kekasihku sedang jalan dengan pacar terbarunya, saya langsung tendang mobilnya keras-keras." kata Patsy. 
  4. Dandan yang spesial, pakai baju yang paling OK, lalu ke kafe atau tempat dansa yg menarik. Musik dengan kecepatan 42 beat permnt terbukti dapat merangsang produksi ndorfin dalam tubuh. Badanpun terasa lebih nyaman. 
  5. Patah hati? "Tak apa-apa. Semakin sakit perasaan kita saat putus cinta, akan makin kuat cinta kita pada pacar berikutnya. 
  6. Ambil kursus bela diri, seperti karate atau yudo. Sangat cocok membebaskan kita dari rasa marah. Jika kita butuh pelampiasan, tinggal tinju saja bantal! 
  7. Ubah penampilan diri. Pergi ke salon, ganti potongan rambut baru yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Mengganti penampilan akan menimbulkan citra baru pada diri kita. Orang di sekitarpun tak akan memperlakukan kita sebagai si malang yang patah hati. Keadaan ini akan membantu kita melupakan mantan pacar dgn cepat. 
  8. Lupakan diet. Beli sekotak cokelat, makan sepuasnya. Tak setiap saat kita punya kesempatan memuaskan makan coklat seperti ini. Perlu di ketahui, setiap potongan cokelat yang kita gigit akan memberikan PHENYLETHYLAMINE, semacam zat kimia yang keluar saat kita jatuh cinta. 
  9. "Stone quartz adalah batu yang melambangkan rasa percaya diri dan self respect." Setiap kali kita memikirkan si dia, rabalah batu ini. Rasakan sakit di hati anda. setelah itu, kuburkan rasa sakit itu dalam-dalam. 
  10. Makan spagheeti. Pasta mengandung karbohidrat yang akan meningkatkan perasaan bahagia. 
  11. Setiap pagi setelah bangun tidur, katakan pada diri sendiri:"saya tak patah hati". Atau kalimat lain,"saya tak butuh orang seperti dia." 
  12. Bermain musik. Ini adalah salah satu cara paling tepat untuk mengatasi kesedihan. Bukan minuman keras dan mabuk-mabukkan! Musik memberikan kita inspirasi untuk mengatasi masalah. 
  13. Meski cinta kandas, kita mungkin masih selalu mengira kalau mantan pacar sangat sempurna. Padahal, nobody's perfect. Jadi pikirkan lagi mengapa kita selalu berpikir dia sangat hebat. Cari alasan dia tak sesempurna yang ada dalam bayangan kita. 
  14. Untuk menghalau kesedihan, baca kembali artikel-artikel tentang si dia, salah satu nya artikel tentang kesetiaan menurut bintangnya. Mungkin betul, si dia bukan tipe orang yang setia seperti yang kita idamkan. 
  15. Sibukkanlah diri dengan hal-hal yang kita senangi, seperti: liburan bersama teman- teman, belanja ke mall, ikut aerobik atau kursus bahasa asing. 
  16. Saat patah hati, peliharalah binatang piaraan kesayangan anda. 
  17. Kenakan baju berwarna hijau atau segala sesuatu yang berwarna hijau."Menurut teori terapi warna, hijau selalu diasosiasikan dengan hati." Memakai pakaian warna hijau niscaya perasaan kita akan mendapat energi yang di perlukan. 
  18. Periksa pojok Barat-Daya rumah. "Ini ada daerah yang berkaitan dengan hubungan percintaan," kata Mery Lambert. Jika ternyata kita masih menemukan barang-barang miliknya atau fotonya tergantung di sini, segera pindahkan. 
  19. Meski kekasih sudah pergi, kita tak di larang untuk berfantasi. Tapi, takar lagi porsinya agar tak membuat tambah sedih. 
  20. Kenapa tak mencoba mandi special sekali-sekali? Mandi dengan produk yang mengandung aromatik laut akan membangkitkan kadar endorfin dalam tubuh. Perlu diketahui, aromatik laut ini akan meningkatkan produksi B-endorphine, alias hormon 'bahagia'. Jadi meski pacar sudah tak ada di samping, tak ada alasan untuk terus bersedih. 
  21. Lebih baik punya cinta yang kandas daripada tak punya cinta sama sekali. "Patah hati pembelajaran suatu hubungan, kita tidak akan tahu arti suatu hubungan kalau belum pernah mengalami sakitnya patah hati", Kata Tracy Shaw. 
  22. Lupakan kesedihan dengan olahraga. salah satunya, coba lakukan gerakan senam untuk mengatasi trauma. Menurut physical trainer Amerika, "Gerakan ini akan merangsang hormon yang bisa membuat kita merasa lebih nyaman. 
  23. Pacar yang pergi meningalkkan kita memang menyedihkan. Menangis dan meluapkan perasaan bisa membebaskan kita dari belenggu yang menyiksa. Jika kita ingin menangis, tengadahkan wajah tinggi-tinggi. Sikap ini akan membantu kita meningkatkan gairah hidup. Selain itu, juga cukup untuk menghentikan air mata yang sudah muncul dan siap mengalir. 
  24. Buat profil pacar baru idaman. Pengalaman berpacaran dengan mantan akan memberi pandangan lain terhadap calon pacar. Gunakan pengalaman pribadi ini sebagai petunjuk membuat profil hubungan yang ideal. Gambarkan seluruh ciri fisik, emosi, spiritual dan kemampuan profesional pasangan yang kita inginkan. Setelah selesai kaji ulang daftar tadi. Tentukan langkah yang harus diambil agar kita bisa belajar menyesuaikan dengan ciri pasangan idaman. 
  25. Percayalah pada takdir. Jika saat berpisah rasanya sakit, semuanya sudah tertulis. Sama halnya dengan masa-masa bahagia, semuanya sudah di gariskan. Jadi, tak perlu terlalu sedih. Hadapi semua kenyataan dengan lapang dada.

Semoga berhasil yah!!

Thursday 13 January 2011

The Poem From My Lover

0

 Engkau.......
.terlalu indah  dalam hidupku.
Membuat  hatiku begitu perih saat  engkau tak
Hadir dalam mimpiku,
Sayang........
wajarkah  jika hati ini terlalu memujimu?
Yang itu membuatku lupa akan keindahan lain selain
Keindahan yang kau sajikan,
Pantaskah   ku membalas keindahanmu dengan
Nista  jiwa yang setiap saat meregang karna penderitaan
Mungkinkah  kau bisa membalut semua luka itu?
Sementara ku tak ingin kau terusik oleh kelemahan yang
Ku miliki.
Dinda........
kau begitu indah bagiku.

Fenomena Cinta

0


      Jangan pernah bilang "I love You" kalau kamu tidak perduli, jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada, jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya kebohongan. Hal yang paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya.


      Cinta itu seperti kupu-kupu, tambah dikejar tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih. Cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik.

Jenis - Jenis CINTA

1. Cinta karena Kasih Sayang
 
    Cinta inilah yang biasanya sangat sulit sekali ditemukan sekarang ini. Akan tetapi, cinta karena kasih sayang masih bisa ditemukan pada pasangan yang benar-benat tulus saling mencintai antara satu dengan yang lain. Cinta ini terkadang tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar mereka atau dengan kata lain mereka tidak terpengaruh dengan harta atau jabatan. Mereka hanya merasa saling menghargai satu sama lain, dan merasa saling membutuhkan.

2. Cinta karena Nafsu
    Cinta inilah yang berbahaya, cinta karena nafsu biasanya terjadi pada seseorang yang hanya ingin memenuhi nafsunya belaka. Mereka mengatakan cinta kepada seseorang hanya untuk memenuhi “nafsu” mereka belaka. Cinta ini biasanya terjadi pada masa-masa dewasa, dimana kita misalkan ingin mendapatkan seseorang yang di anggap paling cantik/ganteng di kampus/sekolahan  kita Maka dengan mendapatkanya, qt bisa memuaskan nafsu kita untuk memilikinya. Akan tetapi, “biasanya” hubungan seperti ini tidak bertahan lama, karena tidak di sertai dengan rasa cinta yang tulus.

3. Cinta karena Harta

    Kalau yang ini ngga’ usah di deskripsikan lagi ya? Sudah pada tau kan artinya? Hehehe.. Cinta seperti ini sudah makin banyak terjadi di lingkungan kita, akan tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan orang yang mencintai seseorang karena harta. Sekarang beberapa orang mulai berfikir realistis, mereka membutuhkan harta atau uang untuk mencukupi kehidupanya sehari-hari. Jadi, mereka mencari pasangan yang jauh lebih kaya dari mereka.

4. Cinta karena Kasihan

    Untuk yang satu ini, biasa kita temuin sehari-hari di lingkungan kita. Cinta ini karena seseorang merasa kasihan kepada orang lain atau dengan kata lain merasa iba.

5. Cinta karena Paksaan

    Kalau yang ini kayaknya dari zaman siti nurbaya sampai sekarang masih ada.. Cinta karena paksaan biasanya terjadi karena mereka di dorong atau di paksa mencintai seseorang yang tidak dicintainya. Misalkan contohnya perjodohan, disini tidak menutup kemungkinan, cewek sama cowok tersebut tidak saling suka satu sama lain, bahkan terkadang tidak cocok sama sekali. Akan tetapi mereka tepaksa mencintai satu sama lain karena adanya paksaan dari orang tua mereka. Tapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan pasangan tersebut bisa menjadi suka satu sama lain, karena ada pepatah mengatakan “suka karena terbiasa”, atau kata orang jawa “tresno jalaran soko kulino”.

6. Cinta karena Balas Dendam

    Kalau yang ini, jangan sampai deh kena ke agan-agan, rasanya 'gak enak banget kan.'. Cinta karena balas dendam adalah cinta yang hanya ingin menyakiti, tanpa ada rasa ingin saling melindungi satu sama lain, kan harusnya kalau sayang atau cinta harus melindungi satu sama lain ya?Macam-Macam Jenis Cinta

Kita hidup di dunia ini memang tidak akan pernah lepas dari namanya cinta, dimana mana kita akan selalu membutuhkan cinta atau kasih sayang. Tanpa hal tersebut, mungkin kita tidak akan merasakan indahnya dunia ini, dimana kita akan hidup sendiri dan tidak merasakan indahnya cinta dan kasih sayang, apakah anda mau hidup tanpa cinta?
Kayaknya 90% bakalan bilang "tidak kuat", akan tetapi, ternyata dalam cinta itu terdapat "bumbu-bumbu" lain yang membuat cinta itu bisa...
(baca selengkapnya)



Wednesday 12 January 2011

Ku Temukan Cinta Sejati Saat Diriku Mengenal Jilbab

0


Ketika kurasa hatiku sudah cukup mantap, aku ingin segera berjilbab. Saat ini aku berada di Perguruan tinggi IT jurusan Telekomunikasi,  smester tiga, di kota Metropolis ini.
“Sayang, klo aku berjilbab, gimana?” Tanyaku kepadanya saat kami sedang menikmati udara segar di sebuah tepi danau.
Lalu ia tampak terkejut, sambil menatapku lama, ia malah balik bertanya, “Emang kamu udah mantap gitu, Din?”
“Emang kenapa? Salah ya?”
“Iya, jangan sampai kamu udah pakai terus lepas lagi. Kamu tau kan pakai jilbab itu nggak gampang. Klo nggak sabar dan niatnya nggak mantap, bisa jadi nggak kuat…?”
“Yang, gimana sih, nggak suka ya aku pakai jilbab?”
“Bukan gitu, Sayang, demi Allah aku senang banget, klo kamu punya niat begitu mulia. Justru aku akan lebih bersyukur, klo kamu beneran serius. Karena Si Putri imutku ini telah insyaf..hehehee…..”
“Ihh, Dasar kamu ya!!”
“Din, sebenarnya kita dosa nggak sih? Coba dengar kata orang-orang yang lebih paham agama…. mereka bilang nggak ada pacaran dalam Islam kan!!”
Aku termenung sejenak, bingung, tapi….
“Jadi hubungan kita…..”
“Aku menganggap kamu itu bukan sekedar pacar doang, bahkan lebih dari itu, Din. Aku nggak bisa lepasin kamu, mudah-mudahan ini yang terakhir untukku. Kamu mau kan, nugguin aku?”
“Untuk apa?”
“Jika aku sudah siap, aku akan menikah denganmu, mau ya, Din?”
“Terus aku nunggu sampai kapan. Sampai…..”
“Sampai tua maksud kamu…..  Ya, enggaklah!”
Entah perasaan apa yang berkecamuk di hatiku, aku nggak bisa berucap sekata-kata apapun. Tapi aku sangat bahagia, bahagia banget.
“Enggak deh!”
“Yeee,….gimana sih? Katanya sayang sama aku?”
“Iyah deh, takut amat sih?”
“Kok nggak pake sayang, sih?”
“Husss…. kamu nih, banyak banget maunya. Masa akhwat gitu sih?”
“Biarin, bilang sayang dooong…!! Di sini kan nggak ada yang dengar kok!” Jawabnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
“Tadi kan ukhti bilang apa? Ukhti bilang sayang kan, sayang sama akhi. Akhi Eric-ku tersayang, hohohoo??”
“Gitu Dong, ahh!”
“Gimana sih,….ikhwan kok nembak akhwat…haram tuh, hehehe.”
“Din, daripada di sini kamu ngerjain aku terus, mendingan jalan yukk!”
“Enggak ahh, mana ada sih, ikhwan ngajak akhwat keluar?”
“Emang kamu udah beli jilbab, sama baju dan rok, gitu?”
“Udah.”
“Ya udah. Tapi aku pengin beliin jilbab untuk kamu?”
“Ya boleh sih. Tapi harus mahal ya?”
“Huhh, dasar kamu nih, bercanda melulu dari tadi!”
“Berarti hari ini, terakhir aku bisa melihat rambut kamu yang panjang terurai.”
Aku hanya tersenyum menatapnya.
“Istiqamah ya, sayang?”
“Insya Allah?” jawabku.
“Sayang…???” Godanya.
“Ehh, ikhwan nggak boleh bilang sayang sama akhwat…..???”
“Maaf Deh, Sayang?”
“Tuh, kan….!!!” Aku menjitak kepalanya.

                                                ****@@****

Hari terus berlalu, hubungan kami terus berjalan menyusuri selang waktu dan membiarkan semua cinta berjalan bersama dengan iringan waktu dan seperti arus air yang terus mengalir.
“Kita harus mencoba menjadi yang lebih baik lagi, ya, Din?”
“Iya, Honey?”
“Tapi kita tidak akan seperti ini terus, kita harus punya tujuan dan harapan ke depan. Klo kita jodoh, semua akan baik-baik saja.”
“Iya, klo nggak jodoh, gimana?” Tanyaku.
“Yah, di usaha’in dong!”
“Caranya??”
“Berdo’a, terus paling nggak usaha tetap jalan  gitu….”
“Usahanya gimana?”
“Yah, kamu jangan mau nikah sama orang lain, gitu!”
“Hehehe…jadi ceritanya nggak rela nih!” Jawabku.
“Emang kamu juga rela klo aku nikah sama akhwat lain?”
“Ya, enggaklah, atau mungkin juga iya.”
“Bohong nih!”
“Kayaknya kita nggak cocok jadi ikhwan-akhwat sejati ya?”
“Enak aja, kamu kali…aku udah jadi ikhwan sejati sejak lahir tau.”
“Wuiihhh….mana ada ikhwan nembak akhwat??”
“Ya mau gimana? Abis akhwatnya yang duluan sih?”
“Husss! Udah-udah, dilarang nge-gombal terus, entar setan lewat, lho!”
“Huss..husss….pulang sana!”
“Ya udah, aku beneran pulang, nih, jadi aku ninggalin kamu di sini sendirian? Jangan lupa Istiqamah, tunggu aku ngelamar ya? Trus jangan nikah duluan, lho! Awas ya?”
“Sapa ya? Ya itu sih, kecuali pake DP.”
“DP??” Ngaco kamu!”
Sayang…. Jangan pergi ninggalin aku, aku takut nih! Tadi aku cuma bercanda kok..uhhh??”
                                              
                                                        @~**@**~@
Suatu hari gossip pun beredar di kampus. Anak jurusan Teknik Elektro dan Telekomunikasi, kalau mereka berdua selama ini pacaran dan akan segera menikah dalam waktu dekat. Tentu saja asing bagi semua orang, dimana Eric adalah Aktivis Dakwah Islam di kampus yang juga berprestasi. Gimana orang akan bertanya-tanya…. Secara, Dia di kagumi banyak cewek-cewek di kampus… karena orangnya asli baik banget meskipun penampilannya agak norak dikit yang hanya peduli dengan buku-buku sebagai teman sejatinya, daripada harus bergaul dengan orang-orang di luar sana. Tapi, dia itu sangat dewasa menyikapi segala hal… Maka dari itu, kami jarang banget berdebat atau bertengkar hanya karena persoalan yang sama sekali bisa untuk di selesaikan.
 “Din, udah sampai mana gossip tentang kita?”
Saat dia menemuiku di rumah sepulang dari kampus…. Saat itu, memang jarang ada pertemuan lagi, hanya klo udah kangen banget, biasanya di rumah baru nelpon. Kesibukkan masing-masing yang selalu membatasi pertemuan kami, lagian kami emang menjaga jarak, Aku juga mulai aktif bersama dalam forum Islamiah di kampus bergabung bersama ukhti-ukhti lainnya. Maka dari itu, apa kata mereka jika kami kedapatan bersama dan menimbulkan banyak fitnah.
“Udah sampai ke laut, bête banget kan!!”
“Kamu merasa terganggu kan?”
“Sangat dan sangat!!”
“Begitupun aku, Din.”
“Trus gimana solusi??”
“Justru itu, Din. Gimana caranya biar orang nggak menyangka kita pacaran betulan…”
“Emang selama ini kita nggak pacaran, ya?”
“Kamu tau kan, Si Rihan…senior yang sejurusan denganku, katanya bulan depan dia akan menikah.”
“What!!! Married….bukannya dia agak ketinggalan kuliah, sampai 2 tahun menunggak belum juga lulus-lulus.”
“Maka dari itu, Din. Dia married agar kuliahnya cepat kelar, biar ada yang nyema-ngatin gitu.”
“Ahhh, itu sih, dia-nya aja udah kebelet, takut nggak bakal laku kali!”
“Emang nggak boleh, justru bagus dong! Daripada di fitnah orang terus.”
Aku hanya terdiam dari tadi….” Betul juga, sih…….
“Emang dia udah kerja, gitu??!”
“Ya, udah, ngajar-ngajar privat, jual-jualan kayak salesman, gitu.”
“Ohh, emang cukup ya, buat hidup setelah married?”
“Dinda, rezeki itu, kan di tangan Allah. Lagian janji Allah itu kan pasti Benar. Allah menjanjikan akan memberikan rezeki kepada setiap orang yang menikah karena Allah.
“Iya, sih! Tapi klo setelah menikah, kuliah malah terbengkalai, gimana?”
“Itu sih, urusan hasil akhir. Itu kan sudah wilayah Allah dan sudah menjadi wewenang Allah, Dia Maha Tahu apa yang akan kita lakukan. Yang penting usahanya dulu.”
“Yah, iya juga sih, sapa nih akhwat yang beruntung mendapatkannya?”
“Risma, akhwat jurusan Kesehatan, se-angkatan juga.”
“Waaahhh…nggak takut fitnah, nih?”
“Justru itu, Din, klo mereka udah married, kan nggak ada lagi fitnah-fitnah’an klo mereka berduaan. Lagian juga nggak was-was, nggak takut dosa lagi, kan udah halal tuh….”
“Huss, kamu nih!”
“Trus kita gimana… sama juga kan?” kataku dalam hati, saat aku terdiam sejenak. Mungkin ini satu-satunya solusi yang coba dia tawarkan pada hubungan kami.
“Klo kita married juga, gimana, sayang?”
“Tuh, kan! Udah deh. Kita ini masih kuliah, aku ingin kerja dulu, terus itu kuliah lagi…”
“Trus, kapan married-nya…??” Potongnya.
“Ya, klo udah siap.”
“Sekarang belum siap, ya, Din?”
“Belum, masih pengin hirup udara segar, masih pengin bebas dan melakukan banyak hal, masih pengin gila-gilaan sama teman-teman.”
“Klo aku bilang, aku udah siap, gimana?”
“Yah, udah married aja dulu.”
“Sama sapa? Sama akhwat lain. Kamu rela, tuh?”
“Ya, relakan aku.
Namun aku belum siap. Mau jadi apa rumah tanggaku nanti? Aku nggak terlalu bisa masak, masih suka bareng sama teman-teman, masih suka bangun siang, masih suka egois. Kasian banget kan, suamiku entar! Padahal apa-apa pengin di layani, tau deh, kebiasaan kamu seperti itu kan.
“Kan bisa di atur entar, sayang? Semua hal yang dimulai dari kecil dengan cara belajar.
Dan aku, udah ngomong sama Kanda Irsan.”
Kanda Irsan adalah pimpinan jamaah Dakwah di Kampus. Jadi dia bertanggung jawab dan berhak tahu atas persoalan ini. Termasuk soal pribadi yang menyangkut ikatan pernikahan.
“Ihh, kok gitu sih!” Aku kaget seketika.
“Terus sama akhwat mana?”
“Aku bilang, aku mau menikah dengan akhwat jurusan Telekomunikasi, namanya Ukhti Dinda Aditya ‘Eric’….”
“Kok, gitu? Kok, kamu nggak Tanya aku dulu sih…??”
“Emang, kamu nggak mau nikah sama aku?”
“Bukan itu masalahnya, sayang? Kan aku udah bilang, belum siap!!”
“Kita bisa belajar setelah nikah, sayang? Daripada ketimpa gossip terus…”
“Nggak gitu juga logikanya, dong! Itu sama aja membenarkan gossip yang beredar.”
“Ya, paling nggak, kita bisa bilang nanti, Nih, kita udah married, lho!”
“Terus Ibu sama Bapak, gimana?”
“Itu sih, urusannya nanti, yang penting kamu setuju dulu.”
“Kamu, maksa aku?”
“Enggak….kenapa, Din? Apa…. apa kamu enggak mau menikah denganku?”
Aku menarik nafas panjang.
“Bukan gitu sayang, hanya belum siap.”
Itu terus yang ada di pikiranku, entah apa yang harus aku katakan padanya setiap kali pertanyaan itu bertubi-tubi menghujam pikiranku. Apa yang sebenarnya aku mau, sih, jelas-jelas udah di depan mataku. Kenapa mesti aku berpikir lagi, lagi dan lagi… apa dia yang terlalu serius seakan-akan aku akan meninggalkannya nanti. Mungkin satu hal itu, yang paling dia takutkan. Maybe…!
“Kita memang nggak akan pernah sampai pada kesiapan seratus persen untuk menikah, Din, dengan siapa pun dan kapan pun.”
“Kata siapa?”
“Menurut pengalaman orang-orang, terus kata senior-senior aku… lagian juga kesiapan kita menikah seharusnya sama dengan kesiapan kita untuk mati syahid.”
Aku tertunduk, termenung, “Memangnya menikah selalu semudah yang dibayangkan?”
“Ya sudah, terserahlah!”
“Maksudnya.” Tanyanya, bingung.
“Ya, suka-suka aku dong, aku nggak janji, lho! Yakin banget sih, klo aku bakal terima?”
Ia cemberut, lalu tersenyum. Ia ngerti maksudku dibalik perkataanku tadi.
Mungkin karena niat dan perasaan yang sama akan terus bersama.

Sungguh aku takut mengakui bahwa aku ternyata belum bisa berpaling darinya, untuk melapangkan jalanku menuju Cinta-Nya.
Apa benar, aku akan menikah dengannya, karena aku lebih mencintai Allah daripada mencintainya?
 “Amiin!!”










Selamanya Kan Tetap Kucinta

0

     Saat ku menatap wajahmu, tersirat sejuta harapan. Mata yang selalu memancarkan sinar bahagia, senyum yang selalu membuatku semangat dalam menjalani hari-hariku. Karena dirimu tulus dan penuh kasih sayang.
Tapi, semua itu tak bisa lagi aku dapatkan, karena sekarang hari-hariku begitu suram, tanpa dirimu. Yang bisa aku katakan, kalau saat ini aku cuman kangen banget sama kamu, sayang….??
     Hari-hari yang telah kulalui , engkau tak ada lagi di sampingku, melakukan apapun yang kita mau, melakukan banyak gegilaan, mengharapkan seuntai belas kasih sayang, kerinduanku yang tak bisa terkalahkan dengan cara apapun untuk menepisnya. Meskipun hatiku melawan dengan semua keinginan itu. Tapi, aku tak bisa, aku benar-benar tak bisa memendam perasaanku dengan segala kebohongan.
     Semakin aku tak ingin ingat dirimu, malah semakin hadir dirimu di hidupku. Aku benar-benar tak bisa melupakanmu. Meski dirimu di sana telah bahagia. Tetap aku masih mencintaimu, merindukanmu, dan menunggumu. Apa arti semua ini Tuhan…. Harus kah aku jatuh terpuruk untuk bisa meraih cinta sejatiku itu?
Hanya bayangmu yang slalu hadir menemuiku, di mimpi pun engkau slalu hadir membawa bayang-bayangmu yang tak bisa aku raih. Kehadiranmu, datang sejenak kemudian lenyap begitu saja. Sekedar khayalan yang tak mungkin jadi kenyataan. Tapi, semua itu cukup bisa mengobati rasa rinduku padamu.
     Aku baru merasakan betapa aku tak sanggup jauh darimu. Meski hatiku terus menangis menahan rasa perih ini, tapi aku slalu berharap engkau akan kembali.
     Ternyata semua ini, menjadi sebuah kenyataan. Dulu yang selama ini aku takuti akhirnya terjadi juga. Kalau dirimu akan pergi meninggalkanku. Saat ini, aku mencoba untuk tetap tegar, meyakinkan diriku, aku dan dirimu akan baik-baik aja. Tak ada sesuatu apapun yang terjadi. Aku yakin, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali, meskipun dalam keadaan apapun, entah itu dirimu udah jadi milik orang lain.
     Kucoba untuk slalu meyakinkan diriku, tentang semua harapan, selama menjalani hari-hari bahagia kita dulu. Dulu, dirimu slalu meyakinkan diriku untuk slalu meraih sgala impian dan masa depan kita kelak. Apa semua itu benar yang kamu katakan padaku, jika saat ini aku tak bisa menghubungimu, melihatmu, menemuimu? Apa semua itu hanya kata-kata palsu, agar aku bisa yakin padamu? Ku mohon katakan dengan jujur apa semua itu bohong…….!!

     Kamu telah berjanji padaku, untuk hidup bersamaku. Ucapan itu, yang slalu kuingat setiap waktu. Ku mohon katakan kalau semua itu benar, jangan membuat hatiku bimbang dan tak karuan. Jika benar engkau pergi mengejar impianmu, yakinkan diriku tentang semua harapan yang telah kamu berikan padaku. Yakinkan diriku, kalau engkau slalu ada di hatiku.
     Kuingin memelukmu lagi, melepas semua kepenatan dan kejenuhanku. Pelukkan eratmu membuatku melupakan semua beban dalam hidupku, hatiku damai, tenang dan rasanya engkau melindungiku dari sgala gangguan. Belaianmu seakan tak pernah jauh dari tubuhku. Aku menangis dipelukkanmu. Kuberharap cinta ini tak akan pernah tersakiti.
     Tapi, sampai kapan aku harus menunggumu…..???
     Sampai saat ini engkau pergi tanpa kepastian…..??
     Sampai kapan aku kehilanganmu……???
     Jangan biarkan diriku untuk tak bisa mempercayaimu lagi……??
     Do’a, Harapan, yang slalu kupanjatkan dan Menunggumu tanpa lelah, satu hal itu yang telah membuatku kuat dan tetap semangat….karena aku sangat mencintaimu,sayang????

Cinta dan Persahabatan

0

Cerpen

“Lex, pokoknya kamu harus tanggung jawab. Ini anak kamu.” Sahut Fistha di balik telpon.
“Aku ga bisa, Ta? Itu bukan darah dagingku.” Jawab Alex di balik telpon.

Elis yang tak sengaja mendengar pembicaraan kakaknya di rumah.
“What!! Kakak menghamili cewek, tapi dia masih ragu apa yang  dikatakan tadi Itu adalah telpon dari Fistha.” Gumamnya dalam hati.
“Kak, telpon dari siapa?” Tanya Elis dari balik pintu kamarnya.
“Dari teman, ya biasa ngajak nongkrong....??” Belum selesai omongan Alex, Elis langsung memotongnya.
“Kakak!! Telpon dari siapa!!!” Bentak Elis yang mulai gak suka kakaknya berbohong lagi.
Ehh....daa daaa…riii....dari Fistha, Lis.” Jawabnya agak ragu.
“Oh, jadi ini toh orangnya!!” Elis datang menghampirinya menunjukknya, mulai memancing Alex agar dia segera jujur padanya.
“Maksud kamu?” Alex berbalik tanya.
“Kakak gak usah bohong deh, aku udah tau semuanya. Kakak benar-benar keterlaluan. Kakak tegah ya sama sahabat aku sendiri.” Elis marah besar lalu ia masuk ke  kamar  sambil membanting pintu.
Alex duduk terdiam di kursi, ia tak berdaya, pikirnya mengapa semua itu harus terjadi. Dia belum bisa memutuskan apa yang bakal dia lakuin.

Di siang hari, saat di sekolah.....
“Lis, Lho kenapa diem-diem melulu gak ngomong dari tadi.” Tanya Fistha saat istirahat. Fistha jadi heran melihatnya cuek sejak ia datang di sekolah.
“Lis, Lho kenapa sih. Lagi ada masalah ya?” Tanya Lidia penasaran.
“Iya, gue memang ada masalah, dan Lho akan kaget banget saat gue mengatakannya.” Jawab Elis jutek, yang sebenarnya dia marah sama Fistha.
“Iya gue marah sama, Lho!” Jawab Elis lalu menunjuk pada Fistha.
“Sama Gue, emangnya salahku apa?” Sahut Fistha, yang tak mengerti.
“Masih nanya lagi. Gue kecewa banget sama Lho. Beraninya Lho pacaran sama kakak gue. Dan gue gak tau sama sekali. Sampai-sampai Lho bisa Bunting kayak g ini.” Saat itu, amarah Elis tak bisa terkendali.
“What!!!” Seru Lidia kaget, dia tak menyangka kalau cowok yang dimaksud selama ini adalah Alex, kakaknya Elis. Dan tanpa sadar kalau sebagian teman-temannya datang berkumpul di teras sekolah lalu mereka mendengar dan melihat pertengkaran itu. Lidia juga tak bisa berbuat apa-apa untuk menahan emosi sahabatnya itu.
“Lis, sudahlah...nanti kita selesaiin secara kekeluargaan.” Kata Lidia yang berusaha menenangkan Elis.
“Tapi, gue gak pernah pacaran sama Alex, kami cuman berteman. Dia telah memperkosaku, Lis..!!.”
“Lho pasti bohong deh!” Sahut Elis dengan muka masih merah.
“Sudah,sudah!!” Bentak Lidia yang udah jengkel melihat tingkah mereka.
Pertengkaran pun reda saat bel masuk. Keduanya hanya terdiam tanpa memandang satu sama lain. Dan Elis pindah duduk bersama dengan temannya yang lain, yang mulanya duduk bersama Fistha.  Fistha yang selalu berusaha untuk meminta maaf pada Elis. Tapi, Elis, tak menggubrisnya tak sedikitpun sepatah kata yang keluar dari mulutnya jika ia berhadapan dengan Fistha.
“Okey, kalau Lho gak bisa maafin gue. Gue keluar dari persahabatan kita. Kalau memang Lho, gak membutuhkan gue lagi, gue akan pergi dari kalian. Dan bayi ini gue bakal gugurin.” Kata Fistha menangis, kemudian dia keluar kelas.
“Ta, jangan, Ta. Lho mo kemana?” Lidia lalu berlari mengejar Fistha sampai di depan pintu kelas yang saat itu guru yang akan mengajar di kelas belum juga datang.
“Gue mau bunuh diri.” Jawab Fistha spontan.

“Pliss...jangan lakuin itu, Ta? Bayi Lho nggak bersalah.” Seru Elis berdiri dari tempat duduknya lalu bergegas mengejar Fistha sampai di koridor sekolah.  Elis, yang sejak tadi nggak peduli dengan mereka, dia hanya sibuk menulis sesuatu di mejanya. Tiba-tiba dia langsung mengingat sesuatu, dan akhirnya ia berhasil menahan keinginan Fistha. Fistha yang sebetulnya, hanya berpura-pura mau melakukan ancaman bunuh diri, tujuannya ke toilet, agar Elis mau memaafkan dirinya, dengan begitu dia akan luluh.
“Maafin gue ya, Ta?? Gue benar-benar khilaf. Itu semua karna gue nggak bisa berbuat apa-apa lagi Ta?” Elis lalu mendekap Fistha dengan erat.
“Ehh....ehh....ni..ni..niiii??” Fistha lalu menunjuk perutnya, yang tertindisi dengan pelukan Elis.
“Iya,iya...sorry-sorry....gue lupa.” Kata Elis sambil tertawa.
“Gitu dong, itu baru sahabat gue.” Sambut Lidia sambil bertepuk tangan melihat keduanya kembali akur.

Sebelum kejadian itu……sekitar seminggu yang lalu…
Fistha mengajak Lidia dan Elis ke rumahnya, saat pulang sekolah.
Mereka bertiga sedang asyik ngobrol di kamar Fistha, makan, bercanda. Tapi, Fistha tak ikut menikmati suasana hati kedua sahabatnya itu yang sejak tadi bercanda melulu. Sementara itu, kebetulan kedua orang tua Fistha belum pulang bekerja. Hanya mereka bertiga yang ada di rumah.
“Ta, Lho kenapa sih, lho yang ajakin kita ke sini tapi malah di cuekin kita sih. Semangat dong!!” Tanya Lidia cerewet .
“Gue, nggak pa-pa kok??” Jawab Fistha.
“Masa sih, lho ada masalah kan. Cerita aja, kita bakal bantu kok.” Sahut Elis yang tampak perhatian dan ingin segera mengetahui cerita dari Fistha.
“Gu...e, Gu...gu gu..ee, Gue hamil!” Jawab Fistha dengan perasaan cemas.
“Apa!!!” Spontan kedua sahabatnya itu teriak kaget.
Nggak-nggak, gue nggak percaya....lho cuman bercanda kan, Ta? Seru Lidia yang masih nggak begitu yakin, meski itu semua bisa saja terjadi bagi cewek manapun yang pernah tidur sama cowok.
 “Serius lho, Ta. Lho benar-benar hamil. Siapa yang melakukan semua ini padamu? Tanya Elis yang tampak serius, ingin sekali ia menampar cowok yang berani berbuat itu sama sahabatnya sendiri.
“Iya, Lis. Gue udah telat dua bulan nih. Itu artinya gue hamil kan?”  Jawabnya serius.
“Siapa-siapa yang melakukan ini sama lho, gue pengen banget  kubur tuh orang hidup-hidup?” Tanya Elis, sambil mengepalkan tangan kanannya kemudian menonjokkan ke telapak tangan kirinya sendiri.
Fistha saat itu hanya bisa menangis tak sanggup menanggung kesedihannya, ia tak mampu mengatakannya siapa cowok menghamilinya itu. Sementara kedua sahabatnya memakluminya, mereka tak memaksakan dirinya untuk mengatakannya saat itu juga.
“Iya, Ta. Lho nggak usah cerita ke kita dulu, nanti akan ada waktunya. Sabar ya, Ta??” Kedua sahabatnya itu merangkulnya dengan penuh kasih.
Hari semakin hari perut Fistha semakin besar, dia selalu menutupi perutnya dengan memakai jaket saat dia ke sekolah, agar perutnya nggak bisa di kenali sama teman-temannya. Elis dan Lidia berusaha menyembunyikan hal itu pada teman-teman sekolahnya, dan juga pada keluarganya. Elis dan Lidia semakin peduli pada Sahabatnya itu, dia akan berusaha melindunginya dari segala gangguan.
“Apa yang terjadi ketika salah seorang murid sekolah hamil di luar nikah…Sungguh menyedihkan….?” Fistha sebenarnya tau apa yang akan dihadapinya.

Sebulan kemudian.....
Kehamilan Fistha menginjak 4 bulan, perutnya mulai kelihatan membesar.
Semua siswa telah bungkap tentang hal itu, mereka selalu membicarakannya untuk bahan gosip di sekolah. Yah, memang benar kalau Fistha itu hamil, dan sebagian siswa telah membencinya dan mengejeknya. Tapi, Fistha tetap sabar menanggapinya, dan tetap Elis akan membelanya saat di cela oleh mereka.
Beberapa hari kemudian....
Fistha di panggil ke ruang kepala sekolah. Dia benar-benar gak tau dalam hal apa dia di suruh menghadap Kepala Sekolah.
“Kamu benar-benar hamil kan. Kamu sudah menikah? Tanya Kepala Sekolah.
“Iya, Pak. Tapi saya belum menikah, Pak.” Jawab Fistha dengan muka malu, kalau ternyata masalahnya telah di ketahui semua oleh guru-guru dan bahkan kepala sekolah sendiri.
“Kamu sudah tau kan peraturan di sekolah ini?” Tanyanya.
“Iya, pak? Saya tau.
“Lalu kenapa kamu berbuat kesalahan seperti itu?” Tanyanya Lagi.
“Semua ini, bukan salah saya, Pak?” Jawab Fistha yang merasa diadili seperti di ruang sidang saja. “Gue kan bukan pembunuh, atau pencuri....dan sebagainya.” Gumamnya.
“Saya akan berlaku adil dan bijaksana. Siapa pun yang telah melanggar peraturan sekolah dan telah mencemarkan nama baik sekolah ini dengan perbuatan asusila itu tidak  bisa di toleransi lagi. Maka bapak akan mengeluarkan siswa itu dari sekolah ini. Tujuannya, agar tidak ada lagi siswa yang bisa meniru perbuatan itu. Dengan terpaksa, bapak akan mengeluarkan kamu.” Jawab Kepala Sekolah itu.
“Pak, saya mohon. Biarkan saya mengikuti ujian akhir??” Pintah Fistha memelas.
“Tidak bisa, peraturan ya tetap peraturan. Kami telah mendiskusikan kepada guru-guru di sini, dan mereka menyetujuinya.”
“Sekali lagi, dengan bermurah hati. Bapak ijin saya mengikuti ujian?” Pintahnya lagi,  dengan menangis.
“Ini sudah menjadi keputusan sekolah. Surat pengeluaran kamu sudah di keluarkan, dan tidak bisa di ganggu gugat lagi.” Jawabnya dengan tegas.

“Gimana, Ta?” Tanya Lidia.
“Gue, jadi di keluarin.” Sahut Fistha dengan nada tak kuat.
“Yah, sabar ya, Ta? Kita akan selalu menemani Lho.” Sambut Elis menyelus kepala Fistha.
Lidia dan Elis tak tegah melihat sahabatnya itu harus berlalu meninggalkan sekolah, menanggung semua penderitaan yang bertubi-tubi datang kepadanya. Tapi dia benar-benar sabar menghadapi semuanya.

Beberapa hari kemudian, persiapan pesta pernikahan pun mulai tertata. Fistha merasa deg-degan saat dirinya nanti berada di pelaminan yang begitu mewah itu. Sebentar lagi, ia menjadi seorang ibu. Pikirnya, dia tak usah lagi memikirkan kapan dia harus hamil saat setelah pernikahannya. Karena saat ini, dia sudah mengandung anak dari Alex, sosok kakak yang dulu, menjadi cowok yang tak menghargai hidupnya. Tapi, Alex sudah berubah, dia menjadi sosok yang sangat menyenangkan. Dia menjadi lebih perhatian pada Fistha, dia merasa nyaman. Mungkin sosok dia yang selama ini dia cari, meski jalannya salah. Tapi, pada akhirnya Alex ternyata menjadi jodohnya.
*TAMAT*